10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbaru - Mengangkat cerita melalui puisi reformasi merupakan sebuah karya sastra yang terkenal di indonesia dan berikut adalah beberapa puisi reformasi terbaik yang pernah ada.
- Bogor, Mei 1998.
Judul: Empat Tangkai Bunga Gugur di Trisakti
Karya: Rim Putra Sunda
Sore itu, Jakarta kelabu
Hujan turun meregang bagai busur
Menusuk jantung bumi
Empat tangkai bunga gugur di Trisakti
Terpanggang tirani.
Memang kematian adalah takdir
Tetapi kelaliman tak dapat diampuni
Menumpahkan darah sesama
Hanya akan melahirkan kepedihan dan kegeraman
Selamat jalan bungaku
Engkau adalah wangi dari bunga reformasi
Wangimu merebak keseluruh pelosok negeri
Membangkitkan semangat bumi
Tetesan darahmu tercatat dalam sejarah peradaban bangsa
Do'a kami, mengiringimu ketempat peraduanmu. - Bandung, Mei 1998.
Judul: Lewat Puisi Aku Beryanyi
Karya: Rim Putra Sunda
Seandainya kaki ini tak beku di sandal jepit
Tentu aku dapat menari dan menyanyi bersamamu
Tentang kuncup bunga yang mekar di kampus-kampus
Percayalah kawan, akupun bernyanyi seperti di panggungmu
Tentang hijaunya daun, putihnya salju, birunya laut dan hitamnya aspal.
Lagumu senandung rindu yang lama hilang ditunggu kalbu
Yakinlah kumbang mengisap sari dari kantung lusuh bajumu
Ia akan terbang mencari sarang penyamun yang dipenuhi madu
Dan berbisik; Turunlah....... karena kumbang telah mengandung
Buah ranum tak berulat.
Biarlah aku bernyanyi di sini saja
Seperti nyanyian pajar menjemput pagi
Dari setiap uban yang jatuh lahir puisi
Meramaikan kenduri para sufi
Yang malu-malu berdiri. - Bandung, Juni 1998.
Judul: Kado Bulan Mei
Karya: Rim Putra Sund
Selamat damai kataku kepada puluhan ribu
mahasiswa, pembuka kado duapuluh satu Mei
yang terekam dibalik layar kaca.
Kado apa yang mesti kubuat untukmu
selain buah demonstrasi? Sepasang merpati
atau untaian melati. Engkaulah buah hati
Selamat damai kataku, kepada bayangan
yang menggiring sepi ke sisi mentari pagi
membuka buku baru, lembaran baru, corfetan
baru. Bongkahan batu hitam yang menyimpan misteri
tentang orang-orang yang mengotori negeri ini
tentang perang sesuka hati.
Selamat damai kataku kepada diri sendiri
dari hari mencari hari yang terus ke sisi
senja lagi-senja lagi, lapar menggugat
kapan kita berhenti berdebat ?
Topeng-topeng lahir warna-warni
berebut hati mencri penghuni
berpencar mencari pemancar, dan
penghuni semakin gentar.
Selamat damai kataku, entah untuk siapa
hanya udara yang dihirup terasa semakin pengap
menunggu kabar hari esok. - Sumedang, November 1998.
Judul: Lewat Layar kaca November Berdarah
Karya: Rim Putra Sunda
Lewat layar kaca terekam peperangan
bambu runcing, batu, gas air mata, dan senapan
menyalak tak lagi bisa dielakan
bau amis darah terulang lagi.
Jalanan Jakarta terpanggang api amarah
dan langit
pun berjelaga.
Aku menangis bukan gas air mata
tapi karena negeri ini penuh luka dan dukacita
hanya karena berbeda menjadi mati rasa.
Baru saja kita legabelum kering darah 13 Mei diingatan
basah lagi 13 November di senapan kelaliman.
Kapan kita punya cerita tentang negeri khatulistiwa
hunian para raja yang adil palamarta
yang mampu menyantuni darah muda
bukan raja pencari pusaka
yang dijaga kawat berduri dan pongga
wayang takut kehilangqan tahta.
Apa yang mesti kita perbuat
selain perang dan perang lagi
atau akan tetap mengembara di rimba belantara.
Kesadaran yang diperdebatkan tetap jadi impian
harta dan tahta jadi rebutan.
Rasa-rasanya ingin menghapus angka 13 dari penanggalan
menjadi angka keramat dalam ramalan
barangkali warna darah tidak lagi menyakitkan
tetapi merah meyakinkan.
Dan perbedaan menjadi pelajaran bagi perubahan
bukan lawan yang harus dimusnahkan. - Kompas, 16 Agustus 1996
Judul: Tanah Air Mata
Karya: Sutarji
Tanah air mata tanah tumpah dukaku
mata air air mata kami
air mata tanah air kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana.
Bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian tak bisa menyingki
rkemanapun melangkah
kalian pijak air mata kami
kemanapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami.
Kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata kami.
Itu tadi 10 puisi yang bisa anda masukan kedalam kumpulan puisi reformasi pada era reformasi terbaru anda.
:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
+ komentar + 16 komentar
sangat membantu buat saya untuk tugas b.indo
Terimakasih Olan atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi TerbaruHaha bagus nih, jadi teringat waktu sekolah dulu disuruh buat puisi. :D
Terimakasih Raja Natanaelaaaaaaaaa atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbarujujur saya ga terlalu paham dengan puisi gan kwkwkw....
Terimakasih Unknown atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbaru(cowok ga romantis kali ya) >.<
nice share
Terimakasih Unknown atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbarujadi nostalgia gan
Terimakasih Yusak atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbarukiri abissss
Terimakasih rangerrouge atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbarumantep gan sangat membantu
Terimakasih masfanyt atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbaru:'D Suka , Keren Banget ... pas banget saya hobi nulis :D
Terimakasih Unknown atas Komentarnya di 10 Puisi Reformasi Pada Era Reformasi Terbarusemoga dapat nilai memuaskan sob
hahahah, bernostagia
sabar sob, puisi penuh makna jadi dipahami pelan2
Makasih
sama kaya yang diatas nih
wkwkwk typo tuh keren=kiri
Terima kasih
silaka di tulis dan kasih sumber yaa